Muslim Obsession – Bangsa Indonesia pernah mencatat sejarah kelam, yaitu ketika Partai Komunis Indonesia melancarkan aksinya memburu serta membunuh para jenderal dan ulama. PKI membabi-buta berupaya menghabisi orang-orang yang dekat dengan Islam, termasuk para pengasuh pondok pesantren. Seorang antropolog Amerika bernama Robert Jay yang mulai tahun 1953 turun ke Jawa Tengah menggambarkan kekejaman PKI. Robert antara lain mengungkapkan bahwa PKI menggunakan kekuatan untuk melenyapkan bukan saja para pejabat pemerintah pusat, tapi juga penduduk biasa yang merasa dendam. Mereka itu terutama ulama-ulama tradisionalis, santri dan lain-lain yang dikenal karena kesalihan mereka kepada Islam. “Mereka ini ditembak, dibakar sampai mati, atau dicincang-cincang, kadang-kadang ketiga-tiganya sekaligus. Masjid dan madrasah dibakar, rumah-rumah pemeluknya dirampok dan dirusak,” terangnya. Keganasan PKI juga merembet ke Ponorogo. Di Pondok Gontor, mereka memburu pimpinan KH. Ahmad Sahal dan KH. Imam Zarkasyi untuk dibunuh. Ahmad Ghozali Fadli, Wasekjen Forum Muballigh Alumni FMA Gontor dan Pelayan Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an, Wonosalam, Jombang, menuliskan kembali kisah menegangkan pengrusakan Pondok Gontor dan upaya pembunuhan para kiai oleh para aktivis PKI. “Pondok Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati,” inilah yel-yel yang diteriakkan Partai Komunis Indonesia PKI Madiun pada tahun 1948. Sejak 18 September 1948, Muso memproklamirkan negara Soviet Indonesia di Madiun. Otomatis, Magetan, Ponorogo, Pacitan menjadi sasaran berikutnya. Kyai di Pondok Takeran Magetan sudah dihabisi oleh PKI. Sekitar 168 orang tewas dikubur hidup-hidup. Kemudian PKI geser ke Ponorogo. Dengan sasaran Pondok Modern Darussalam Gontor. KH. Imam Zarkasyi Pak Zar dan KH Ahmad Sahal Pak Sahal dibantu kakak tertua beliau berdua, KH Rahmat Soekarto yang saat itu menjabat sebagai Lurah desa Gontor, pun berembug bagaimana menyelamatkan para santri dan Pondok. “Wis Pak Sahal, penjenengan ae sing Budhal ngungsi karo santri. PKI kuwi sing dingerteni Kyai Gontor yo panjengan. Aku tak jogo Pondok wae, ora-ora lek dkenali PKI aku iki. Sudah Pak Sahal, Anda saja yang berangkat mengungsi dengan para santri. Yang diketahui Kyai Gontor itu ya Anda. Biar saya yang menjaga Pesantren, tidak akan dikenali saya ini,” kata Pak Zar. Pak Sahal pun menjawab “Ora, dudu aku sing kudu ngungsi. Tapi kowe Zar, kowe isih enom, ilmu-mu luwih akeh, bakale pondok iki mbutuhne kowe timbangane aku. Aku wis tuwo, wis tak ladenani PKI kuwi. Ayo Zar, njajal awak mendahno lek mati”. Tidak, bukan saya yang harus mengungsi, tapi kamu Zar. Kamu lebih muda, ilmumu lebih banyak, pesantren ini lebih membutuhkan kamu daripada saya. Saya sudah tua, biar saya hadapi PKI-PKI itu. Ayo Zar, mencoba badan, walau sampai mati”. Akhirnya, diputuskanlah bahwa beliau berdua pergi mengungsi dengan para santri. Penjagaan pesantren di berikan kepada KH Rahmat Soekarto. Berangkatlah rombongan pondok Gontor kearah timur menuju Gua Kusumo, saat ini dikenal dengan Gua Sahal di Trenggalek. Mereka menempuh jalur utara melewati gunung Bayangkaki. Pak Sahal pun berujar, “Labuh bondo, labuh bahu, labuh pikir, lek perlu sakyawane pisan,” Korban harta, korban tenaga, korban pikiran, jika perlu nyawa sekalian akan aku berikan”. Sehari setelah santri-santri mengungsi, akhirnya para PKI betul-betul datang. Mereka langsung bertindak ganas dengan menggeledah seluruh pondok Gontor. Tepat pukul WIB, PKI mulai menyerang pondok. Senjata ditembakkan. Mereka sengaja memancing dan menunggu reaksi orang-orang di dalam pondok. Setelah tak ada reaksi, mereka berkesimpulan bahwa pondok Gontor sudah dijadikan markas tentara. Pukul WIB, mereka akhirnya menyerbu ke dalam pondok dari arah timur, kemudian disusul rombongan dari arah utara. Tak lama kemudian datang lagi rombongan penyerang dari arah barat. Jumlah waktu itu ditaksir sekitar 400 orang. Dengan mengendarai kuda pimpinan tentara PKI berhenti didepan rumah pendopo lurah KH. Rahmat Soekarto. Mengetahui kedatangan tamu, lurah Rahmat menyambut tamunya dengan ramah, serta menanyakan maksud dan tujuan mereka. Tanpa turun dari kuda, pimpinan PKI ini langsung mencecar lurah Rahmat. Kemudian mereka meninggalkan rumah lurah Rahmat, nekat masuk tempat tinggal santri, lalu berteriak-teriak mencari kyai Gontor. “Endi kyai-ne, endi kyai-ne? Kon ngadepi PKI kene…” Mana Kyainya, mana kyainya? Suruh menghadapi PKI sini…. Karena tak ada sahutan, mereka pun mulai merusak pesantren. Gubuk-gubuk asrama santri yang terbuat dari gedeg bambu dirusak. Buku-buku santri dibakar habis. Peci, baju-baju santri yang tidak terbawa, mereka bawa ke pelataran asrama. Mereka menginjak-injak dan membakar sarana peribadatan, berbagai kitab dan buku-buku. Termasuk beberapa kitab suci Al-Qur’an mereka injak dan bakar. Akhirnya, PKI pun kembali kerumah lurah Rahmat, lalu berusaha masuk ke rumah untuk membunuh KH. Rahmat Soekarto. Mereka sambil teriak, “Endi lurahe? Gelem melu PKI po ra? Lek ra gelem, dibeleh sisan neng kene…!” Mana lurahnya? Mau ikut PKI apa tidak? Kalau tidak mau masuk anggota PKI, kita sembelih sekalian di sini. Namun, tak berapa lama sebelum mereka bisa masuk kerumah lurah Rahmat. Datanglah laskar Hizbullah dan pasukan Siliwangi. Pasukan itu dipimpin KH. Yusuf Hasyim, putra bungsu KH. Hasyim Asy’ari. Pasukan PKI itu akhirnya lari tunggang langgang, karena serbuan itu. Membiarkan Pondok Modern Darussalam Gontor dalam keadaan porak poranda. Semoga sejarah ini menjadi pengingat dan pelajaran berharga untuk perjuangan mempertahankan Islam, Pesantren, Bangsa dan Negara.
Hanyasaja, terkadang kita ini berdoa agar Allah mengabulkan keinginan kita. Sementara itu, yang Allah kasih justru bukan keinginan kita. Gus Baha pernah menyampaikan, "Terkadang ada orang yang berdoa, dikabulkan apa yang baik menurut Allah, tapi bukan apa yang diharapkannya.". Kewajiban kita hanya berdoa dan itu merupakan ibadah kepada Allah. Kh. Hasan Abdullah Sahal Beliau adalah pimpinan pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, seseorang yang banyak memberikan berbagai teladan, inspirasi dan motivasi kepada santri-santrinya. Beliau adalah putera keenam dari Kh. Ahmad Sahal. Banyak kata-kata mutiara yang beliau psampaikan untuk membangkitkan jiwa semangat, perjuangan, dan keikhlasan para pemuda, selain itu pula banyak nilai dan filsafat yang beliau sampaikan tentang pengajaran dan pendidikan yang dapat kita amalkan. Menjadi baik jangan menunggu, mengajak atau diajak, pahala terbuka untuk semua disetiap waktu dan tempat. Jadilah kau terbaik, berbuat terbaik dan akhirnya mendapatkan hasil yang terbaik. Kh. Hasan Abdullah Sahal Manusia itu punya DIRI, punya JATI DIRI, dengan jati diri ia MEMBINA DIRI, karena membina diri ia jadi punya HARGA DIRI, sadar punya harga diri seharusnya ia TAHU DIRI, tapi terkadang ia tak tahu diri, lalu buru-buru UNJUK DIRI, kecewa ternyata unjuk diri membuatnya LUPA DIRI, dan tidak sedikit yang akhirnya BUNUH DIRI. Kh. Hasan Abdullah Sahal Kalau kamu tidak lebih baik daripada saya, lebih baik kamu tidak usah lahir, dan saya tidak usah mati. Hanya nambah jatah beras saja. Kh. Hasan Abdullah Sahal Banyak orang yang berpikir bagaimana mencari hidup yang baik, tapi mereka lupa bagaimana mencari mati yang baik. Kh. Hasan Abdullah Sahal Lebih baik kita merangkak tapi jalan kedepan, daripada kita berlari tapi diam ditempat. Kh. Hasan Abdullah Sahal Kita harus berani menyatakan kebenaran, bukan membenarkan kenyataan. Kh. Hasan Abdullah Sahal Anak-anakku! berhati-hatilah! Waspadalah! Orang yang tidak punya harta, akan mencari harta. Orang yang tidak punya muka akan mencari muka. Kalau kekuasaanmu berpotensi untuk membuatmu berbuat dzholim, ingatlah! kekuasaan dan kemampuan Allah. KuasaNya melebihi segala yang kamu kuasai. Kh. Hasan Abdullah Sahal Lebih baik kamu menangis karena berpisah sementara dengan anakmu yang menuntut ilmu agama, daripada kalau kamu sudah tua nanti menangis karena anak-anak kamu lalai dalam urusan akhirat. Kh. Hasan Abdullah Sahal Ketika melihat murid-murid menjengkelkan dan melelahkan, maka hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu dari tangan mereka, kelak akan menarik tangan kita menuju surga. Selamat berjuang, wahai guru! Kh. Hasan Abdullah SahalLebih baik kita memiliki pekerjaan yang banyak sampai ada yang tidak dapat kita kerjakan, daripada kita tidak memiliki pekerjaan sehingga mencari-cari pekerjaan. Kh. Hasan Abdullah Sahal Anak-anak yang baru masuk Gontor banyak yang masih kecil fisiknya tetapi Insya Allah besar jiwanya, tinggi semangatnya, kuat niatnya, suci hatinya, luhur cita-citanya, tidak kalah dengan yang besar-besar fisiknya. Kh. Hasan Abdullah SahalBergerak tepat waktu, diam tepat waktu. Mulai pada waktunya, selesai pada waktunya. Kh. Hasan Abdullah SahalSeharusnya pemimpin itu mau dan mampu menyelesaikan masalah, bukan pintar mengajar dan mengoreksi seperti pengajar disekolah. Kh. Hasan Abdullah SahalYang jauh itu WAKTU, yang dekat itu KEMATIAN, yang besar itu NAFSU, yang berat itu MEMIKUL AMANAT, yang mudah itu BERBUAT DOSA, yang panjang itu AMAL SHOLEH adapun yang indah itu SALING MEMAAFKAN. Kh. Hasan Abdullah SahalBanyak orang bertitle tetapi tidak berkualitas, dan banyak orang berkualitas walaupun tidak bertitle. Maka, jadilah orang yang bertitle dan berkualitas. Kh. Hasan Abdullah SahalMemberikan sedeqah disaat lapang itu biasa, tapi memberikan sedeqah saat sulit itu bagus, dan mulia. Maka keterbatasan diri tidak boleh membuat orang tidak berbuat kebaikan. Kh. Hasan Abdullah SahalAlhamdulillah, dengan beberapa motivasi beliau kita dapat menambah semangat perjuangan dijalan Allah SWT, silahkan dicomment bagi teman-teman Alumni Gontor atau siapapun yang masih menyimpan kata-kata mutiara beliau, dan share apabila bermanfaat dalam pengabdian umat. Jazakallahu KhairanPenuhMakna, Ini 8 Kata-Kata Bijak KH Nasaruddin Umar. Penuh Motivasi, Ini 5 Kata-kata Bijak Buya Syafii Maarif. Penuh Makna, Ini 7 Kata-Kata Bijak KH Abdul Wahid Hasyim Putra Pendiri NU. Dalam hal ini, penulis akan memaparkan beberapa kata-kata hikmah dari beliau yang penuh makna dan patut dijadikan sebagai pedoman hidup sehari-hari, yakniUntukitulah, orang tua menyerahkan anaknya kepada kyai untuk dididik. mem adukan antara kurikulum Pondok Modern Gontor, Kemenag dan Kemendikbud. Para (Kata-kata hikmah dalam bahasa Arab